![]() |
(Image: kathleenhalme) |
Gambaran Umum:
Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sebagian besar hasil pencernaan sehabis diabsorbsi kemudian pribadi dibawa ke hati untuk disimpan atau diubah menjadi bentuk lain dan diangkut ke pecahan tubuh yang membutuhkan.
Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan ialah Hepatitis dan Sirosis Hati. Hepatitis ialah peradangan hati yang disebabkan oleh keracunan toksin tertentu atau lantaran abses virus. Penyakit ini disertai anoreksia, demam, rasa mual dan muntah serta jaundice (kuning). Hepatitis sanggup bersifat akut atau kronis. Sirosis hati ialah kerusakan hati yang menetap yang disebabkan oleh hepatitis kronis, alcohol, penyumbatan susukan empedu dan aneka macam kelainan metabolisme. Jaringan hati secara merata rusak tanggapan pengereutan dan pengerasan sehingga fungsi hati terganggu.
Tujuan Diet:
Tujuan Diet Penyakit Hati dan Kandung Empedu ialah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati, dengan cara:
(1) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan/atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
(2) Mencegah katabolisme protein.
(3) Mencegah penurunan berat tubuh atau meningkatkan berat tubuh jika kurang.
(4) Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus, dan hipertensi portal.
(5) Mencegah koma hepatik.
Syarat Diet:
(1) Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/kg BB.
(2) Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang gampang dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium Chain Triglyceridel MCT). Jenis lemak ini tidak membutuhkan acara lipase dan asam empedu dalam proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram sanggup mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
(3) Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5 g/kg BB supaya terjadi anabolisme protein. Pada perkara Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan tanda-tanda ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah, sumbangan protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40 g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, protein diberikan sebanyak 1,25 g/kgBB. Asupan minimal protein hendaknya 0,8-1 g/kg BB. Protein nabati menawarkan laba lantaran kandungan serat yang sanggup mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini sanggup mengurangi status ensefalopati, tetapi tidak sanggup memperbaiki keseimbangan nitrogen.
(4) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, mineral seng dan zat diberikan pemanis vitamin B kompleks, C,dan K serta mineral seng dan zat besi jika ada anemia.
(5) Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien menerima diuretika, garam natrium sanggup diberikan lebih leluasa.
(6) Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali jika ada kontraindikasia.
(7) Bentuk Makanan Lunak jika ada keluhan mual dan muntah, atau Makanan Biasa sesuai kemampuan susukan cerna.
Macam Diet dan Indikasi Pemberian:
(1) Diet Hati I = Diet Hati I diberikan jika pasien dala keadaan akut atau jika prekoma sudah sanggup diatasi dan pasien sudah mulai memiliki nafsu makan. Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk gampang dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin sanggup digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, sumbangan cairan maksimal 1 L/hari. Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin; lantaran itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I Garam rendah. Bila ada asites mahir dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam Rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.
(2) Diet Hati II = Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II kepada pasien dengan nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak / biasa. Protein diberikan 1 g/Kg berat tubuh dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang gampang dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A & C, tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai diet hati II rendah garam. Bila asites mahir dan diuresis belum baik, diet mengikuti referensi Diet Rendah garam I.
(3) Diet Hati III = Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah sanggup mendapatkan protein, lemak, mi9neral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya tetensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati III Garam Rendah I.
Bahan Makanan yang Dibatasi:
Bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati ialah dari sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak mengandung lemak dan santan serta materi makanan yang menjadikan gas menyerupai ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian, dan nangka.
Bahan Makanan yang tidak Dianjurkan:
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hati ialah makanan yang mengandung alkohol, teh, atau kopi kental.
Referensi:
Almatsier, S. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sebagian besar hasil pencernaan sehabis diabsorbsi kemudian pribadi dibawa ke hati untuk disimpan atau diubah menjadi bentuk lain dan diangkut ke pecahan tubuh yang membutuhkan.
Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan ialah Hepatitis dan Sirosis Hati. Hepatitis ialah peradangan hati yang disebabkan oleh keracunan toksin tertentu atau lantaran abses virus. Penyakit ini disertai anoreksia, demam, rasa mual dan muntah serta jaundice (kuning). Hepatitis sanggup bersifat akut atau kronis. Sirosis hati ialah kerusakan hati yang menetap yang disebabkan oleh hepatitis kronis, alcohol, penyumbatan susukan empedu dan aneka macam kelainan metabolisme. Jaringan hati secara merata rusak tanggapan pengereutan dan pengerasan sehingga fungsi hati terganggu.
Tujuan Diet:
Tujuan Diet Penyakit Hati dan Kandung Empedu ialah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati, dengan cara:
(1) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan/atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
(2) Mencegah katabolisme protein.
(3) Mencegah penurunan berat tubuh atau meningkatkan berat tubuh jika kurang.
(4) Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus, dan hipertensi portal.
(5) Mencegah koma hepatik.
Syarat Diet:
(1) Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/kg BB.
(2) Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang gampang dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium Chain Triglyceridel MCT). Jenis lemak ini tidak membutuhkan acara lipase dan asam empedu dalam proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram sanggup mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
(3) Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5 g/kg BB supaya terjadi anabolisme protein. Pada perkara Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan tanda-tanda ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah, sumbangan protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40 g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, protein diberikan sebanyak 1,25 g/kgBB. Asupan minimal protein hendaknya 0,8-1 g/kg BB. Protein nabati menawarkan laba lantaran kandungan serat yang sanggup mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini sanggup mengurangi status ensefalopati, tetapi tidak sanggup memperbaiki keseimbangan nitrogen.
(4) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, mineral seng dan zat diberikan pemanis vitamin B kompleks, C,dan K serta mineral seng dan zat besi jika ada anemia.
(5) Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien menerima diuretika, garam natrium sanggup diberikan lebih leluasa.
(6) Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali jika ada kontraindikasia.
(7) Bentuk Makanan Lunak jika ada keluhan mual dan muntah, atau Makanan Biasa sesuai kemampuan susukan cerna.
Macam Diet dan Indikasi Pemberian:
(1) Diet Hati I = Diet Hati I diberikan jika pasien dala keadaan akut atau jika prekoma sudah sanggup diatasi dan pasien sudah mulai memiliki nafsu makan. Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk gampang dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin sanggup digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, sumbangan cairan maksimal 1 L/hari. Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin; lantaran itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I Garam rendah. Bila ada asites mahir dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam Rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.
(2) Diet Hati II = Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II kepada pasien dengan nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak / biasa. Protein diberikan 1 g/Kg berat tubuh dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang gampang dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A & C, tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai diet hati II rendah garam. Bila asites mahir dan diuresis belum baik, diet mengikuti referensi Diet Rendah garam I.
(3) Diet Hati III = Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah sanggup mendapatkan protein, lemak, mi9neral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya tetensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati III Garam Rendah I.
Bahan Makanan yang Dibatasi:
Bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati ialah dari sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak mengandung lemak dan santan serta materi makanan yang menjadikan gas menyerupai ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian, dan nangka.
Bahan Makanan yang tidak Dianjurkan:
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hati ialah makanan yang mengandung alkohol, teh, atau kopi kental.
Referensi:
Almatsier, S. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
0 Response to "Diet Penyakit Hati (Dph)"
Posting Komentar