Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain mengakibatkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak bahagia bahkan membenci obyek tersebut. Haal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku, dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Persepsi pada hakikatnya yaitu merupakan proses penilaian. Menurut sesYoung (1956) persepsi merupakan aktivitas, mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah tolong-menolong dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, niali-nilai, sikap ingatan dan lain-lain.
Menurut wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses psikologi dan hasil dari penginderaan serta protes terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memperlihatkan penilaian terhadap suatu obyek yang sanggup bersifat positif/negatif, bahagia atau tidak bahagia dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk, yaitu sikap yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula.
Istilah persepsi berdasarkan yaitu suatu proses kegiatan seseorang dalam memperlihatkan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan warta yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita sanggup mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta insan dengan segala kejadian-kejadiannya. Dengan persepsi kita sanggup berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen. Adanya interaksi antar komponen yang ada di dalam kelas menjadikan masing-masing komponen (mahasiswa dan dosen) akan saling memberi tanggapan, penilaian dan persepsinya. Adanya persepsi ini yaitu penting biar sanggup menumbuhkan komunikasi aktif, sehingga sanggup meningkatkan kapasitas mencar ilmu di kelas.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti perihal apa yang diindera. Dengan kata lainpersepsi yaitu proses yang menyangkut masuknya pesan atau warta kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif kuat dalam proses persepsi.
Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan ManajemenPerilaku, Struktur; memperlihatkan definisi persepsi yaitu proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses proteksi arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh lantaran itu, setiap individu memperlihatkan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.
Dari pendapat tersebut sanggup disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu sanggup memahami dan mengerti perihal stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses mencar ilmu individu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi intinya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang meliputi beberapa hal antara lain :
a. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya warta yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi perjuangan untuk memperlihatkan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga sanggup berbeda.
b. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan akomodasi mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
c. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau sanggup dikatakan sebagai minat.
d. Kebutuhan yang searah. Faktor ini sanggup dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang sanggup memperlihatkan balasan sesuai dengan dirinya.
e. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman sanggup dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang sanggup mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
f. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi sikap seseorang, mood ini memperlihatkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang sanggup mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut sanggup mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi yaitu :
a. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya relasi suatu obyek, maka semakin gampang untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan gampang untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
b. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih gampang dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
c. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
e. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memperlihatkan perhatian terhadap obyek yang memperlihatkan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
PERSEPSI SEBAGAI INTI KOMUNIKASI
Persepsi dikatakan inti komunikasi lantaran persepsi sangat mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan baik komunikasi interpersonal maupun komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Misal berfikir, menulis, merenung, menggambar dan sebagainya. Sedangkan komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau kelompok, misal mengobrol lewat telepon, korespondensi dll.
Persepsi atau cara pandang kita terhadap sesuatu akan memilih jenis dan kualitas komunikasi yang kita lakukan. Misal kita berhadapan dengan seseorang yang kita persepsikan baik, maka komunikasi yang kita lakukan dengannya pun akan baik pula, begitu juga sebaliknya.
Definisi anggun berdasarkan orang yang satu dengan yang lain niscaya mempunyai balasan yang berbeda-beda, mungkin ada yang menjawab anggun itu gendut, ramping atau bahkan kurus kering. Hal itu dikarenakan persepsi setiap orang atau kelompok dalam memandang suatu hal berbeda-beda yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman, psikologi dan kondisi faktual yang ketika itu kita tangkap. Kecantikan berdasarkan orang dayak yaitu seseorang yang menggunakan banyak anting hingga daun telinganya menjuntai ke bawah. Menurut penduduk fiji, kecantikan dilihat dari kemampuan reproduksi yakni badan yang subur dan keturunan yang banyak. Berbeda dengan masyarakat modern kota, kecantikan diartikan sebagai seorang perempuan yang bertubuh ramping, putih, dan berambut lurus. Sesuatu diintepretasikan berbeda-beda oleh setiap orang dan kelompok tergantung latar belakangnya masing-masing.
PROSES TERBENTUKNYA PERSEPSI
Perceptual process atau proses persepsi meliputi 3 (tiga) tahap yaitu :
1. Sensasi (asensi)
Sensasi yaitu proses pengiriman pesan ke otak melalui panca indera yaitu mata, hidung, telinga, lidah, kulit. Panca indera yaitu reseptor yang menghubungkan otak kita dengan lingkungan sekitar. Informasi yang kita tangkap dari proses melihat, mencium, mendengar, merasakan, dan meraba tersebut kita proses kembali untuk sanggup menghasilkan persepsi terhadap sesuatu. Misal melihat pantai, mencium parfum, bersalaman, merasakan masakan. Setelah warta itu kita tangkap dan kita rekam dalam otak kita masuk dalam terhadap atensi
2. Atensi
Atensi yaitu suatu tahap dimana kita memperhatikan warta yang telah ada sebelum kita menginterpretasikannya. Sebenarnya banyak sekali hal yang tertangkap oleh panca indera, namun tidak semua kita perhatikan. Misal kita mengobrol lewat telepon, warta yang kita perhatikan hanyalah bunyi lawan bicara meskipun ketika itu kita juga sedang membaca koran atau makan bakwan, ketika melihat sekumpulan orang berpakaian hitam, dan ada satu orang berpakaian putih, tentunya kita lebih memperhatikan yang berbaju putih, hal ini terjadi lantaran kita hanya akan memperhatikan apa yang kita anggap paling bermakna bagi kita, paling berbeda dan paling menarik perhatian.
3. Interpretasi
Tahap interpretasi yaitu tahap terakhir. Jika persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi, maka interpretasi yaitu inti dari persepsi. Interpretasi yaitu proses penafsiran warta atau proteksi makna dari warta yang telah kita tangkap dan kita perhatikan. Ketika mata kita melihat matahari terbenam di pantai kemudian kita perhatikan, maka secara tidak pribadi kita akan menginterpretasikan pantai tersebut. Apakah berdasarkan kita indah, biasa saja atau bahkan jelek. Pendapat atau persepsi yang dihasilkan tentunya akan bermacam-macam tergantung latar belakang kita masing-masing.
Sensasi, atensi dan interpretasi yaitu tahapan-tahapan yang dilalui untuk menghasilkan persepsi, semakin sama persepsi setiap orang, maka semakin efektif komunikasi yang dilakukan. Persepsi setiap orang akan sama bila mereka berasal dari latar belakang yang sama. Misal sama-sama orang desa, sama-sama orang jaqwa dan sama-sama orang gila. Persepsi-persepsi yang ada pada diri kita akan mempengaruhi proses komunikasi yang kita lakukan, lantaran itu berfikirlah positifdan obyektif dalam memandang sesuatu.
SIFAT PERSEPSI
Beberapa hal yang patut kita pelajari menyangkut duduk kasus dalam persepsi ini, Mulyana (2000: 176-196) mengungkapkan hal-hal berikut :
1. Persepsi mendasarkan pada pengalaman.
Dikemukakan bahwa pola-pola sikap seseorang itu berdasarkan persepsi mengenai realitas sosial yang telah dipelajarinya (pada masa lalu). Artinya, persepsi kita terhadap seseorang, objek, atau kejadian, dan reaksi kita terhadap hal-hal itu amat tergantung pada pengalaman masa kemudian berkaitan dengan orang, objek atau insiden serupa. Seperti halnya cara kita bekerja, menilai pekerjaan yang baik bagi kita, cara kita makan, cara kita menilai kecantikan; semua ini amat tergantung pada apa yang telah diajarkan budaya kita mengenai hal-hal tersebut.
2. Persepsi bersifat selektif.
Pada dasarnya melalui indera kita, setiap ketika diri kita ini dirangsang dengan berjuta rangsangan. Jika kita harus memperlihatkan tafsiran atas semua rangsangan itu, maka kita ini bisa menjadi gila. Karena itu, kita dituntut untuk mengatasi kerumitan tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang menarik bagi kita. Atensi kita intinya merupakan faktor utama dalam memilih seleksi atas rangsangan yang masuk ke dalam diri kita.
3. Persepsi bersifat dugaan.
Karena intinya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak pernah lengkap, makasering kita melaksanakan dugaan atau pribadi melaksanakan penyimpulan. Coba perhatikan gambar apa yang bisa dibentuk dengan ketiga titik dan keempat titik berikut ini.
4. Persepsi bersifat evaluatif.
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang objektif. Kita melaksanakan interpretasi berdasarkan pengalaman masa kemudian dan kepentingan subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif; merupakan proses kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan dengan memaknai objek persepsi itu sendiri.
5. Persepsi bersifat kontekstual.
Dari setiap insiden komunikasi, seseorang selalu dituntut untuk mengorganisasikan rangsangan menjadi suatu persepsi. Konteks nampaknya kuat kuat atas persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang. Sebagai contoh, terhadap gambar seseorang bisa menyampaikan bahwa itu yaitu angka 13 lantaran konteksnya yaitu angka-angka lainnya, yaitu 11, 12, 14 dan 15. Tetapi bagi seseorang yang mempunyai konteks huruf-huruf A, C, D dan E, maka gambar tersebut yaitu abjad B.
Meskipun bahwasanya banyak warta yang kita perlukan untuk melaksanakan persepsi terhadap orang lain, namun paling tidak ada tiga jenis warta terpenting yang perlu kita ketahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi internalnya (psikologis), dan kesamaan antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi tujuan orang lain mempunyai beberapa arti bagi kita dalam berkomunikasi. Adalah hal yang mustahil bagi kita untuk secara nyata mengamati kondisi internal orang lain. Namun melalui pengamatan terhadap perilakunya, kita sanggup menyimpulkan bagaimana sikap, keyakinan dan nilai orang tersebut.
Ada anggapan bahwa elemen non-verbal dari sikap merupakan refleksi yang paling akurat dari perasaan atau kondisi internal seseorang. Sementara itu, adanya kesamaan antara kita dengan orang yang kita ajak berkomunikasi akan mendorong rasa saling menyukai. Keadaan semacam ini akan membantu kita untuk merasa lebih nyaman dalam melanjutkan komunikasi.
KEKELIRUAN DAN KEGAGALAN PERSEPSI
Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya yaitu perkiraan atau pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi yaitu sebagai berikut :
1. Kesalahan Atribusi
Atribusi yaitu proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab sikap orang lain. Dalam perjuangan mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya, kita mengamati penampilan fisik seseorang, lantaran faktor ibarat usia, gaya pakaian, dan daya tarik sanggup memperlihatkan arahan mengenai sifat-sifat utama mereka.
Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan atau maksud sikap si pembicara.atribusi kita juga keliru bila kita menyangka bahwa sikap seseorang disebabkan oleh faktor internal, padahal justru faktor eksternal-lah yang menyebabkannya, atau sebaliknya kita menduga faktor eksternal yang menggerakkan seseorang, padahal faktor internal-lah yang membangkitkan perilakunya.
Salah satu sumber kesalahan atribusi lainnya yaitu pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak lengkap, sehingga kita berusaha menafsirkan pesan tersebut dengan menafsirkan sendiri kekurangannya, atau mengisi kesenjangan dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak lengkap itu sebagai lengkap.
2. Efek Halo
Kesalahan persepsi yang disebut imbas halo (halo effects) merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung mengakibatkan imbas yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Efek halo ini memang lazim dan kuat kuat sekali pada diri kita dalam menilai orang-orang yang bersangkutan. Bila kita sangat terkesan oleh seseorang, lantaran kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, maka seperti ia pun baik dalam hal lainnya.
Kesan menyeluruh itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya kuat kuat dan sulit digoyahkan. Para pakar menyebut hal itu sebagai “hukum keprimaan” (law of primacy). Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik seseorang sering mempengaruhi persepsi kita akan prospek hidupnya. Misalnya, orang yang berpenampilan lebih menarik dianggap berpeluang lebih besar dalam hidupnya (karir, perkawinan, dan sebagainya).
3. Stereotif
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit warta dan membentuk perkiraan mengenai mereka berdasarakan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan yaitu proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, alih-alih berdasarkan karakteristik individual mereka. Contoh stereotip ini banyak sekali, misalnya:
a. Laki-laki berpikir logis
b. Wanita bersikap emosional
c. Orang berkulit hitam pencuri
d. Orang Meksiko pemalas
e. Orang Yahudi cerdas
f. Orang Prancis penggemar wanita, anggur, dan masakan enak
g. Orang Cina bakir memasak
h. Orang Batak kasar
i. Orang Padang pelit
j. Orang Jawa halus pembawaan
k. Lelaki Sunda suka kawin cerai dan pelit memberi uang belanja
l. Wanita Jawa tidak baik menikah dengan lelaki Sunda (karena suku Jawa dianggap lebih renta daripada suku Sunda)
m. Orang Tasikmalaya tukang kredit
n. Orang berkaca mata minus jenius
o. Orang berjenggot fundamentalis (padahal kambing juga berjenggot), dll.
Pada umumnya, stereotip bersifat negatif. Stereotip ini tidaklah berbahaya sejauh kita simpan dalam kepala kita. Akan tetapi bahayanya sangat nyata bila stereotip ini diaktifkan dalam relasi manusia. Apa yang anda persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang anda harapkan. Ketika anda mengharapkan orang lain berperilaku tertentu, anda mungkin mengkomunikasikan pengharapan anda kepada mereka dengan cara-cara yang sangat halus, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan berperilaku sesuai dengan yang anda harapkan.
4. Prasangka
Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda yaitu prasangka, suatu konsep yang sangat bersahabat dengan stereotip. Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa stereotip itu identik dengan prasangka, ibarat Donald Edgar dan Joe R. Fagin. Dapat dikatakan bahwa stereotip merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Makara prasangka ini konsekuensi dari stereotip, dan lebih teramati daripada stereotip. Menurut Ian Robertson, pikiran berprasangka selalu menggunakan gambaran mental yang kaku yang meringkas apapun yang dipercayai sebagai khas suatu kelompok. Citra demikian disebut stereotip.
Meskipun kita cenderung menganggap prasangka berdasarkan suatu dekotomi, yakni berprasangka atau tidak berprasangka, lebih bermanfaat untuk menganggap prasangka ini sebagai bervariasi dalam suatu rentang dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Sebagaimana stereotip, prasangka ini alamiah dan tidak terhindarkan. Pengguanaan prasangka memungkinkan kita mereespon lingkungan secara umum, sehingga terlalu menyederhanakan masalah.
5. Gegar Budaya
Menurut Kalvero Oberg, gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan lantaran hilangnya gejala yang sudah dikenal dan simbol-simbol relasi sosial. Lundstedt menyampaikan bahwa gegar budaya yaitu suatu bentuk ketidakmamapuan beradaptasi (personality mal-adjustment) yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru. Sedangkan berdasarkan P. Harris dan R. Moran, gegar budaya yaitu suatu trauma umum yang dialami seseorang dalam suatu budaya yang gres dan berbeda lantaran harus mencar ilmu dan mengatasi begitu banyak nilai budaya dan pengharapan baru, sementara nilai budaya dan pengharapan budaya usang tidak lagi sesuai.
Kita tidak pribadi mengalami gegar budaya ketika kita memasuki lingkungan budaya yang baru. Fenomena itu sanggup digambarkan dalam beberapa tahap. Peter S. Adler mengemukakan lima tahap dalam pengalaman transisional ini, yaitu :
a. Tahap kontak. Ditandai dengan kesenangan, keheranan, dan kekagetan, lantaran kita melihat hal-hal yang eksotik, unik, dan luar biasa.
b. Tahap disintegrasi. Terjadi ketika perilaku, nilai, dan sikap yang berbeda mengganggu realitas perseptual kita.
c. Tahap reintegrasi. Ditandai dengan penolakan atas budaya, kita menolak kemiripan dan perbedaan budaya melalui penstereotipan, generalisasi, evaluasi, perilaku, dan sikap yang sserba menilai.
d. Tahap otonomi. Ditandai dengan kepekaan budaya dan keluwesan pribadi yang meningkat, pemahaman atas budaya baru, dan kemampuan beradaptasi dengan budaya gres kita.
e. Tahap independensi. Ditandai dengan kita mulai menghargai kemiripan dan perbedaan budaya, bahkan menikmatinya.
Gegar budaya ini dalam banyak sekali bentuknya yaitu fenomena yang alamiah saja. Intensitasnya dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, yang intinya terbagi dua, yaitu: faktor internal (cirri-ciri kepribadian orang yang bersangkutan), dan faktor eksternal (kerumitan budaya atau lingkungan budaya gres yang dimasuki). Tidak ada kepastian kapan gegar budaya ini akan muncul dihitung semenjak kita memasuki suatu budaya lain.
0 Response to "Persepsi Sebagai Inti Komunikasi"
Posting Komentar